
Musim kemarau di Kotabaru sudah identik dengan istilah dalam bahasa Banjar "bajaga banyu".Kondisi ini sudah sering terjadi setiap tahunnya bila memasuki musim kemarau.
Warga yang menjadi pelanggan PDAM mau tidak mau harus menyiapkan dana ekstra untuk membeli air. Distribusi Air bersih harus digilir karena kemampuan embung sudah tidak mampu lagi, debit air yang semakin kurang karena kemarau.
Saat ini seperti yang dikatakan Bagian Humas PDAM Kotabaru, Syarwani Fajar, waduk Gunung Ulin ketinggian airnya sekarang 375 cm sedangkan normalnya 600 cm. Keadaan ini menurutnya hanya bisa bertahan 15 hingga 20 hari ke depan.
Lebih parah lagi embung Tirawan yang jebol saat musim hujan kemarin sekarang kondisi airnya sudah di bawah titik nol, yang artinya sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi.
Hanya IPA Gunung Sari yang masih belum dilakukan penggiliran distribusi air ke para pelanggan.
Hanya IPA Gunung Sari yang masih belum dilakukan penggiliran distribusi air ke para pelanggan.
Apakah kita akan selalu seperti ini setiap musim kemarau ? pasti jawabannya tidak.
Lalu bagaimana cara menanggulangi krisis air bersih yang notabene kebutuhan utama masyarakat ini saat musim kemarau ?
Apakah masih berharap dengan embung-embung yang ada sekarang ?
Lalu bagaimana cara menanggulangi krisis air bersih yang notabene kebutuhan utama masyarakat ini saat musim kemarau ?
Apakah masih berharap dengan embung-embung yang ada sekarang ?
Sudah seharusnya memiliki perencanaan jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan air bersih. PDAM pun juga seharusnya jangan bisanya "ngeles" cuma sekedar operator namun juga memikirkan solusi berkoordinasi dengan instansi terkait. Kalau jawaban sudah kenapa hingga kini belum bisa paling tidak memperpanjang kemampuan embung mendistribusikan air bersih saat musim kemarau. (DBG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.