-Alasan tak ada dana

Jurnalisia, Para petani karet terpaksa menjual hasil kebunnya ke tengkulak, karena merasa diabaikan oleh PT Nusantara Batulicin.
Padahal sesuai arahan Bupati Tanah Bumbu beberapa waktu lalu, untuk menghindari permainan para tengkulak, dianjurkan agar para Ketua RT dan petani menjual hasil panennya langsung ke pabrik remah karet PT Nusantara Batulicin. Namun kenyataannya sudah selama 2 bulan terakhir hasil panen para petani ditolak oleh pihak perusahaan dengan alasan stok barang masih banyak dan tak ada dana.
Terdapat 9 Kelompok Petani karet Desa Karangrejo yang menjual hasil panennya dengan rata-rata produksi 2 hingga 3 ton per 15 hari.
"Selama hampir 2 Bulan ini kami menjual kepada tengkulak. Namanya tengkulak, harga pastilah sangat rendah dan tak sesuai harga pasaran. Untuk sekarang ini karet dihargai para tengkulak sebesar Rp 8 ribu per kilo," ungkap Ketua Kelompok Petani 4, A. Rudi Anton.
Hal itu dikuatkan pula oleh seorang petani, Bustani yang menyebutkan pihak Pabrik Remah menolak membeli hasil panen petani dengan alasan belum bisa menerima karena tak ada dana.
"Jika petani harus menjual ke tengkulak, jadi buat apa keberadaan pabrik. Kedua pihak sama-sama rugi, petani menjual dengan harga rendah, dan pabrik tidak mendapat bahan baku," sebut Difriadi.
Selain itu tambahnya, "kita akan cek nanti ke pihak perusahaan terkait keluhan masyarakat petani ini. Apa benar kendalanya adalah tak ada dana dan stoknya masih banyak seperti yang disuarakan oleh para petani," pungkas Difriadi.
Direktur Utama PT Nusantara Batulicin, Ir. Sofyan Nasution didampingi Komisaris Utama, Gusti Hidayat saat dikonfirmasi di kantornya di Jalan Raya Batulicin menyebut, saat ini pihak perusahaan terkendala harga fluktuasi yang belum stabil. Selain itu lagi, pihak perusahaan sedang dalam krisis keuangan, dan tak ada dana untuk membeli.
"Selain terkendala dana cash, kami juga mendapat Surat Edaran dari Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) yang intinya mengimbau agar semua anggota GAPKINDO tidak buru-buru menjual hasil produknya, karena adanya kondisi iklim yang ekstrim yang mengganggu dan menurunkan produksi di pusat produksi Indonesia Bagian Selatan," jelas Sofyan.
Ditambahkan Sofyan, sebelumnya pihak perusahaan sudah ada memberitahukan penghentian pembelian hasil panen kepada para petani, karena terkendala dana. Dan sementara ini pihaknya tetap mengupayakan agar semua hasil panen tersebut bisa dibeli, yaitu dengan melakukan lobi dan pendekatan kepada pihak Bank BRI Agro agar bisa memberikan pinjaman dana.
"Untuk membeli hasil panen petani, kami harus menyiapkan dana Rp 600 juta hingga Rp 1 milyar, minimal dalam sebulan kita harus menyiapkan dana Rp 60 Milyar agar semua hasil panen para petani tersebut bisa terbeli semua," pungkasnya. (MIZ)

Jurnalisia, Para petani karet terpaksa menjual hasil kebunnya ke tengkulak, karena merasa diabaikan oleh PT Nusantara Batulicin.
Padahal sesuai arahan Bupati Tanah Bumbu beberapa waktu lalu, untuk menghindari permainan para tengkulak, dianjurkan agar para Ketua RT dan petani menjual hasil panennya langsung ke pabrik remah karet PT Nusantara Batulicin. Namun kenyataannya sudah selama 2 bulan terakhir hasil panen para petani ditolak oleh pihak perusahaan dengan alasan stok barang masih banyak dan tak ada dana.
Terdapat 9 Kelompok Petani karet Desa Karangrejo yang menjual hasil panennya dengan rata-rata produksi 2 hingga 3 ton per 15 hari.
"Selama hampir 2 Bulan ini kami menjual kepada tengkulak. Namanya tengkulak, harga pastilah sangat rendah dan tak sesuai harga pasaran. Untuk sekarang ini karet dihargai para tengkulak sebesar Rp 8 ribu per kilo," ungkap Ketua Kelompok Petani 4, A. Rudi Anton.
Hal itu dikuatkan pula oleh seorang petani, Bustani yang menyebutkan pihak Pabrik Remah menolak membeli hasil panen petani dengan alasan belum bisa menerima karena tak ada dana.
"Selama ini kami terpaksa menjual kepada para tengkulak, karena pihak pabrik menolak membeli," ujar Bustani.
Menurut para petani, tujuan awal pembangunan pabrik tersebut adalah untuk memudahkan pemasaran hasil panen agar tidak terlalu jauh atau harus menjualnya ke kota lain. Selain itu lagi, dengan adanya pabrik itu diharapkan bisa mendongkrak pendapatan dan meningkatkan taraf hidup petani.
Wakil Bupati Tanah Bumbu, Difriadi Darjat ketika menerima keluhan para petani karet, langsung turun ke lapangan meninjau suasana penimbangan hasil panen yang dijual kepada tengkulak.
Menurut Difriadi, sangat disayangkan jika para petani harus menjual hasil panennya kepada tengkulak, karena keberadaan pabrik PT Nusantara Batulicin adalah untuk menghindari tengkulak dan bisa menyejahterakan para petani.
Menurut para petani, tujuan awal pembangunan pabrik tersebut adalah untuk memudahkan pemasaran hasil panen agar tidak terlalu jauh atau harus menjualnya ke kota lain. Selain itu lagi, dengan adanya pabrik itu diharapkan bisa mendongkrak pendapatan dan meningkatkan taraf hidup petani.
Wakil Bupati Tanah Bumbu, Difriadi Darjat ketika menerima keluhan para petani karet, langsung turun ke lapangan meninjau suasana penimbangan hasil panen yang dijual kepada tengkulak.
Menurut Difriadi, sangat disayangkan jika para petani harus menjual hasil panennya kepada tengkulak, karena keberadaan pabrik PT Nusantara Batulicin adalah untuk menghindari tengkulak dan bisa menyejahterakan para petani.
"Jika petani harus menjual ke tengkulak, jadi buat apa keberadaan pabrik. Kedua pihak sama-sama rugi, petani menjual dengan harga rendah, dan pabrik tidak mendapat bahan baku," sebut Difriadi.
Selain itu tambahnya, "kita akan cek nanti ke pihak perusahaan terkait keluhan masyarakat petani ini. Apa benar kendalanya adalah tak ada dana dan stoknya masih banyak seperti yang disuarakan oleh para petani," pungkas Difriadi.
Direktur Utama PT Nusantara Batulicin, Ir. Sofyan Nasution didampingi Komisaris Utama, Gusti Hidayat saat dikonfirmasi di kantornya di Jalan Raya Batulicin menyebut, saat ini pihak perusahaan terkendala harga fluktuasi yang belum stabil. Selain itu lagi, pihak perusahaan sedang dalam krisis keuangan, dan tak ada dana untuk membeli.
"Selain terkendala dana cash, kami juga mendapat Surat Edaran dari Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) yang intinya mengimbau agar semua anggota GAPKINDO tidak buru-buru menjual hasil produknya, karena adanya kondisi iklim yang ekstrim yang mengganggu dan menurunkan produksi di pusat produksi Indonesia Bagian Selatan," jelas Sofyan.
Ditambahkan Sofyan, sebelumnya pihak perusahaan sudah ada memberitahukan penghentian pembelian hasil panen kepada para petani, karena terkendala dana. Dan sementara ini pihaknya tetap mengupayakan agar semua hasil panen tersebut bisa dibeli, yaitu dengan melakukan lobi dan pendekatan kepada pihak Bank BRI Agro agar bisa memberikan pinjaman dana.
"Untuk membeli hasil panen petani, kami harus menyiapkan dana Rp 600 juta hingga Rp 1 milyar, minimal dalam sebulan kita harus menyiapkan dana Rp 60 Milyar agar semua hasil panen para petani tersebut bisa terbeli semua," pungkasnya. (MIZ)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.