![]() |
| foto : Ilham Z |
Jurnalisia-Kotabaru,
Sebanyak 3 kali selama 2 tahun berturut-turut Proyek PAMSIMAS dan proyek GAPURA di Desa Rampa Cengal Pamukan Selatan Mangkrak dan gagal total.
Gagalnya proyek penyediaan air bersih selama 2 kali, yakni Program PAMSIMAS Tahun 2012 Anggaran APBN dan Program GAPURA Anggaran APBD 2011-2012 yang menghabiskan dana tak kurang dari Rp 350 juta tersebut diduga karena tidak profesionalnya pelaksana proyek dan kurang ketatnya pengawasan yang dilakukan oleh Dinas terkait hingga terjadi indikasi penyimpangan yang merugikan pemerintah dan masyarakat banyak.
Menurut salah seorang warga, Yani, menuturkan Desa Rampa Cengal sudah puluhan tahun mengalami krisis air bersih. Sedangkn untuk keperluan sehari-hari terpaksa menggunakan air asin.
"Kami disini hampir puluhan tahun kesulitan mendapatkan air bersih. Bila musim kemarau meskipun mahal kami terpaksa membeli dengan harga Rp 30 ribu per drum," keluhnya.
Hal senada juga dilontarkan warga lainnya yang kesulitan mendapatkan air bersih dan terbebani dengan harga beli yang cukup menguras kantong.
"Permasalahan krisis air bersih ini sudah pernah kita sampaikan kepada anggota DPRD Kotabaru, dan bahkan telah ditinjau ke lapangan tapi hingga kini tak ada perkembangannya," sebutnya.
Pantauan kru media ini dilapangan menemukan batangan pipa yang tak pernah dialiri air tersebut telah mulai rusak karena terlalu tipis dan tak sesuai standar. Selain itu lagi, pagar waduk tidak selesai dikerjakan serta 3 tong air kapasitas 3.300 liter tergeletak begitu saja di tanah.
Warga yang berjualan di dekat proyek tersebut, Bain, mengatakan sejak Tahun 2011 kedua program itu terbengkalai. "Sering ada orang yang datang meninjau kesini, tapi sampai sekarang air bersih tak pernah juga mengalir ke rumah-rumah," ungkapnya.
Ditambahkannya lagi, pengerukan dan pengolahan waduk serta penggalian penanaman jalur pipa adalah murni bantuan dari pihak perusahaan perkebunan sawit yang menurunkan 4 unit alat berat excavator dan dozer.
"Jangankan proyek yang senilai ratusan juta rupiah seperti program PAMSIMAS dan GAPURA, proyek Cetak Sawah yang bernilai milyaran saja tak ada papan plang proyeknya," cetus Bain.
Perlu diketahui, selama krisis air bersih, seluruh warga Desa Rampa Cengal mengandalkan air asin dan tetesan air hujan untuk memenuhi segala macam keperluan dapur, baik untuk minum, memasak dan mandi serta mencuci pakaian.
"Pernah saya mengomel di Kantor Desa mengenai air bersih ini, bahkan sempat saya tawari Kades untuk meminum air waduk Proyek GAPURA tersebut. Jangankan untuk diminum dan memasak, buat mandi saja airnya tak layak. Rasa airnya sepat, kecut dan payau," tutur Bahruddin yang juga merupakan salah seorang pemerhati lingkungan.
Sementara Kades Rampa Cengal, Badrun Saman, saat dikonfirmasi terkait mangkrak dan gagalnya proyek penyaluran air bersih itu, Senin (17/2/14), mengatakan dikarenakan susahnya mengatur perilaku warganya yang temperamen tinggi. "Warga sini susah diatur, bisanya protes dan mengkritik tapi tak memberikan solusi," sebut Badrun Saman.
Ditambahkan lagi olehnya, pelaksana proyek penyaluran air bersih itu sering kali mendapat kecaman dan hambatan dari warga. Ada semacam kecemburuan dari warga lainnya, hingga tiap kali ingin mengadakan musyawarah mencari solusi terbaik, para warga tidak ada yang hadir.
Apapun alasan yang dikemukakan oleh Kepala Desa, yang jelas hingga saat ini warga Desa Rampa Cengal masih mengalami krisis air bersih. (IZ)
Sebanyak 3 kali selama 2 tahun berturut-turut Proyek PAMSIMAS dan proyek GAPURA di Desa Rampa Cengal Pamukan Selatan Mangkrak dan gagal total.
Gagalnya proyek penyediaan air bersih selama 2 kali, yakni Program PAMSIMAS Tahun 2012 Anggaran APBN dan Program GAPURA Anggaran APBD 2011-2012 yang menghabiskan dana tak kurang dari Rp 350 juta tersebut diduga karena tidak profesionalnya pelaksana proyek dan kurang ketatnya pengawasan yang dilakukan oleh Dinas terkait hingga terjadi indikasi penyimpangan yang merugikan pemerintah dan masyarakat banyak.
Menurut salah seorang warga, Yani, menuturkan Desa Rampa Cengal sudah puluhan tahun mengalami krisis air bersih. Sedangkn untuk keperluan sehari-hari terpaksa menggunakan air asin.
"Kami disini hampir puluhan tahun kesulitan mendapatkan air bersih. Bila musim kemarau meskipun mahal kami terpaksa membeli dengan harga Rp 30 ribu per drum," keluhnya.
Hal senada juga dilontarkan warga lainnya yang kesulitan mendapatkan air bersih dan terbebani dengan harga beli yang cukup menguras kantong.
"Permasalahan krisis air bersih ini sudah pernah kita sampaikan kepada anggota DPRD Kotabaru, dan bahkan telah ditinjau ke lapangan tapi hingga kini tak ada perkembangannya," sebutnya.
Pantauan kru media ini dilapangan menemukan batangan pipa yang tak pernah dialiri air tersebut telah mulai rusak karena terlalu tipis dan tak sesuai standar. Selain itu lagi, pagar waduk tidak selesai dikerjakan serta 3 tong air kapasitas 3.300 liter tergeletak begitu saja di tanah.
Warga yang berjualan di dekat proyek tersebut, Bain, mengatakan sejak Tahun 2011 kedua program itu terbengkalai. "Sering ada orang yang datang meninjau kesini, tapi sampai sekarang air bersih tak pernah juga mengalir ke rumah-rumah," ungkapnya.
Ditambahkannya lagi, pengerukan dan pengolahan waduk serta penggalian penanaman jalur pipa adalah murni bantuan dari pihak perusahaan perkebunan sawit yang menurunkan 4 unit alat berat excavator dan dozer.
"Jangankan proyek yang senilai ratusan juta rupiah seperti program PAMSIMAS dan GAPURA, proyek Cetak Sawah yang bernilai milyaran saja tak ada papan plang proyeknya," cetus Bain.
Perlu diketahui, selama krisis air bersih, seluruh warga Desa Rampa Cengal mengandalkan air asin dan tetesan air hujan untuk memenuhi segala macam keperluan dapur, baik untuk minum, memasak dan mandi serta mencuci pakaian.
"Pernah saya mengomel di Kantor Desa mengenai air bersih ini, bahkan sempat saya tawari Kades untuk meminum air waduk Proyek GAPURA tersebut. Jangankan untuk diminum dan memasak, buat mandi saja airnya tak layak. Rasa airnya sepat, kecut dan payau," tutur Bahruddin yang juga merupakan salah seorang pemerhati lingkungan.
Sementara Kades Rampa Cengal, Badrun Saman, saat dikonfirmasi terkait mangkrak dan gagalnya proyek penyaluran air bersih itu, Senin (17/2/14), mengatakan dikarenakan susahnya mengatur perilaku warganya yang temperamen tinggi. "Warga sini susah diatur, bisanya protes dan mengkritik tapi tak memberikan solusi," sebut Badrun Saman.
Ditambahkan lagi olehnya, pelaksana proyek penyaluran air bersih itu sering kali mendapat kecaman dan hambatan dari warga. Ada semacam kecemburuan dari warga lainnya, hingga tiap kali ingin mengadakan musyawarah mencari solusi terbaik, para warga tidak ada yang hadir.
Apapun alasan yang dikemukakan oleh Kepala Desa, yang jelas hingga saat ini warga Desa Rampa Cengal masih mengalami krisis air bersih. (IZ)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.