Opini | Paradoks Kotabaru Hebat

Oleh : *Muzakir Fachmi.

Sejak berpindahnya kepemimpinan di Kotabaru maka berubah juga jargon yang digaungkan. Kalau dulu, bupatinya lebih banyak menggunakan kata "Jaya" maka sekarang menggunakan "Kotabaru Hebat". 

Kata "Hebat" sendiri diambil dari Akronim Harmonis, Energik, Bersatu, Amanah, Tangguh. Namun sayang, dari visi Kotabaru Hebat ini, kita tidak pernah dipaparkan indikator keberhasilan dari pencapaian dalam 5 tahun ke depan. 

Dalam membangun sebuah visi tentu tidak sekedar terlihat gagah-gagahan tapi itu betul-betul terlahir dari sebuah kajian dan analisa mendalam dari berbagai aspek yang ada. Jangan sampai visi yang digaungkan tidak sesuai dengan kebijakan yang dilaksanakan. 

Tampaknya ini terjadi dalam beberapa periode kepemimpinan yang ada di Kotabaru. Terkesan visi hanya sebagai syarat formal sehingga ketika terpilih Bupatinya bertindak berdasarkan keinginan sendiri.

Kita lihat saja sekarang. Visi Kotabaru Hebat dalam uraian salah satu misinya dikatakan akan melakukan transformasi sosial tapi faktanya berbeda jauh. 

Ini tergambar dari bagaimana postur APBD yang disusun. Tampak terlihat tidak ada gambaran jelas bahwa transformasi sosial itu benar-benar dilaksanakan. 

Data statistik tahun 2025 menunjukkan angka kemiskinan Kotabaru masih bertahan sejak tahun 2022 - 2024 di kisaran 4 persen bahkan tahun 2024 ada peningkatan mernjadi 4,45 persen dari tahun 2023.

Begitu juga dengan angka pengangguran masih stagnan di angka 6 persen sejak tahun 2022 - 2024.  

Yang parah lagi hingga menjelang tahun 2025 berakhir kebijakan fiskal daerah ini tidak berjalan baik kalau tidak ingin dikatakan buruk. Spend of money (belanja, Red) Pemerintah Daerah yang harusnya mampu memicu pergerakan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat justru mandek. Ini tentu menjadi preseden buruk karena bisa saja berdampak pada rendahnya perputaran uang di masyarakat sehingga berdampak pada peningkatan inflasi daerah. ©Jurnalisia™

👀 956

*Pengamat dan Pegiat Sosial, tinggal di Kotabaru.