dr. H. Sulaiman Umar |
Penulis : dr. H. Sulaiman Umar
(Nomor Anggota A-247, Anggota Fraksi PDI-P, Anggota Komisi VII, Dapil Kalsel 2)
Virus baru SARS-CoV-2
yang memicu Covid-19 dan menewaskan 108.994 orang (12/4) di berbagai penjuru
dunia ini ternyata terus bermutasi. Identifikasi mutasi virus ini ditemukan
pada bank data Fred Hutchinson Cancer
Research Center di Seattle, yang menyediakan ribuan genom lengkap
perkembangan virus yang tengah menyerang dunia. Sejauh ini sudah ditemukan 3
varian yang menyebar di berbagai negara, yaitu SARS-CoV-2 tipe A, tipe B, dan
tipe C.
Virus Tipe A merupakan tipe
paling awal, yang melompat dari virus berinang di kelelawar ke manusia atau
zoonosis yang diperoleh dari isolat virus korona BatCoVRaTG13 yang ditemukan di
Propinsi Yunan, China. Lompatan ini diperkirakan telah terjadi sejak Nopember
2019 atau lebih awal lagi. Menariknya, analisis strain menunjukkan tipe A
ternyata jarang ditemui di China. Virus tipe A ternyata lebih umum ditemukan di
Australia dan AS, kecuali New York. Sebanyak dua pertiga sampel di AS memiliki
tipe A.
Virus tipe B, yang
merupakan hasil mutasi dari tipe A. China (Wuhan), episenter awal pandemi itu
terutama diserang oleh SARS-CoV-2 tipe B ini, yang mulai beredar di akhir
Desember 2020. Tipe B kemudian ditemukan di hampir semua sampel di negara Asia
Timur lain, seperti Jepang dan Korea Selatan, yang menunjukkan kemudahan mereka
menginfeksi dengan sistem kekebalan tubuh populasi di sana, sehingga virusnya
tak perlu bermutasi lagi. Tipe B ini kemudian menyebar ke Eropa, selanjutnya ke
New York.
Virus tipe C ditemukan di Singapura, Hong Kong, Taiwan,
dan Korea Selatan. Eropa (Perancis, Italia, Swedia, dan Inggris), juga
California (AS) dan Brasil dijangkiti juga oleh virus tipe C ini.
Fred
Hutchinson Cancer Research Center, hingga Jumat (10/4),
telah mengoleksi 3.123 urutan genom lengkap dari sampel SARS-CoV-2. Jumlah
genom dari SARS-CoV-2 ini meningkat hingga ratusan setiap harinya seiring
dengan terus masuknya data dari berbagai negara di dunia, kecuali Indonesia.
Indonesia yang telah lebih
satu bulan mengalami Pandemi Covid-19, sejauh ini belum meneliti dan mendaftarkan urutan genom
virus pemicu Covid-19 ini, sementara negara tetangga seperti Singapura,
Malayasia, dan Vietnam telah melaporkannya. Padahal penelitian dan temuan
adanya mutasi virus ini dan identifikasi tipenya sangat penting karena selain menemukan kecepatan mutasinya, juga
berimplikasi secara klinis dan dalam hal pengembangan vaksin. Sejumlah petunjuk
klinis yang diadopsi dari negara lain, seperti China, misalnya, tidak
sepenuhnya sesuai dengan kondisi pasien Covid-19 di Indonesia.
LBM Eijkman sebagai
lembaga riset molekuler yang memiliki kualifikasi dan pengalaman panjang
meneliti dan menangani beberapa kasus infeksi virus seperti virus Flu Burung
(HN51), virus West-Nile, virus Sika,
bahkan identifikasi virus corona lama, sejauh ini telah banyak terlibat dalam
upaya penanggulangan Pandemi Covid-19. Yaitu dalam hal tes virus SARS-CoV-2
dengan metode kombinasi Teknik PCR (polymerase
chain reaction) dan sequencing, bahkan telah ditunjuk untuk memimpin konsorsium pengembangan vaksin.
Untuk lebih
mengoptimalkan peran dan kapasitas profesionalnya dalam percepatan
penanggulangan Covid-19, kami meminta LBM Eijkman, sebagai mitra kerja Komisi
VII, untuk juga terlibat aktif dalam kajian dan penelitian mutasi virus
SARS-CoV-2 yang memicu Covid-19 yang hingga saat ini (12/4) telah menginfeksi 4.241
orang di 33 propinsi, dan membawa korban 373 nyawa rakyat Indonesia. (PR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.