
Jurnalisia, Belum apa-apa sudah runtuh.
Belum selesai dikerjakan sudah runtuh alias ambruk.
Itulah satu bangunan di puncak kawasan ekowisata hutan meranti putih di Desa Sebelimbingan Kecamatan Pulau Laut Utara Kotabaru.
Rudi, warga Desa Sebelimbingan mengatakan, runtuhnya bangunan itu disebabkan tiupan angin.
Rudi, warga Desa Sebelimbingan mengatakan, runtuhnya bangunan itu disebabkan tiupan angin.
"Hanya ditiup angin bangunan aula itu runtuh, bangunan disampingnya tak runtuh," ungkapnya.
Ditambahkan Rudi, sepengetahuannya bangunan aula itu tahun 2015 baru dikerjakan lagi.
"Itu sudah tidak dikerjakan, sebelum runtuh hanya atap yang belum dikerjakan. Dinding sudah dipasang semua," tuturnya.Di puncak ,dimana lokasi bangunan runtuh dan bangunan sejenis villa berada, Kru Media ini bertanya lagi kepada Ipin, seorang pekerja. Dia juga mengatakan,penyebab runtuhnya bangunan 'aula' akibat ditiup angin.
"Hanya ditiup angin, runtuh," katanya.
Dikatakannya, ia hanya meneruskan pekerjaan, para pekerja yang sebelumnya sudah berhenti semua.
Dikatakannya, ia hanya meneruskan pekerjaan, para pekerja yang sebelumnya sudah berhenti semua.
"Kami hanya menyelesaikan bagian-bagian kecilnya saja," ujarnya pula.Seorang pekerja lainnya, Udin, sebelumnya, Rabu (17/12/14), kepada Media ini menjelaskan, baru setengah bulan ia berkerja, satu bangunan di kawasan Hutan Meranti Putih itu runtuh.
"Kami hanya merehab sedikit-sedikit. Kelompok yang mengerjakan bangunan-bangunan disini sudah berhenti semua," ungkapnya.
Ditambahkannya, sebelum runtuh bangunan itu sudah naik dinding semua, saat angin datang; roboh.
"Saya tidak mengerjakan bangunan yang runtuh itu, saya mengerjakan bangunan villa yang di bawah yang hanya berjarak 15 langkah dari bangunan runtuh," jelasnya
Masih menurut Udin, bangunan yang runtuh itu kalau dilihat dari bentuknya tak ada kamar-kamar; los, semacam ruang pertemuan.
Menurut Herman, pekerja lainnya, ia perhatikan bahan besinya tidak diikat, tiangnya kecil.
"Kalau bangunan dengan tinggi 6 meter itu tiangnya kecil, ya tidak kuat lah," ungkapnya.
Selain itu tambah Herman bagian tengah ruangan kelihatannya tak ada tiang penyangga.
"Karena bagunannya berada di puncak gunung, angin disini cukup kencang. Hanya satu bangunan saja yang runtuh, sedangkan bangunan yang lain tidak apa-apa," pungkas Herman.
Ir. Rurien Srihardjanti, MM, Kepala Dinas Kehutanan Kotabaru, Kamis (18/12/14), kepada Media ini mengaku, pekerjaan sarana prasarana memang belum selesai, sesuai kontrak selesai tanggal 22 Desember 2014 ini. Anggaran yang dilelang cuma Rp 4 milyar, yang dikerjakan terdiri dari; jalan, warehouse, aula, dan 3 cottage.
Dilanjutkan Rurien,bbelum selesainya pengerjaan sarana prasaran itu karena waktu pengerjaan masih berjalan.
Dilanjutkan Rurien,bbelum selesainya pengerjaan sarana prasaran itu karena waktu pengerjaan masih berjalan.
"Kalau belum selesai sesuai waktu kontrak, kita terapkan sesuai aturan," tegasnya. (Wan)
Editor : Imi Suryaputera


Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.