Jurnalisia-Kotabaru,
Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Desa Sigam Kabupaten Kotabaru yang dilaksanakan sejak Tahun 2010 sampai Pebruari 2014, belum juga rampung dan diduga terancam bakal ambruk.Proyek yang bersumber dari dana APBN Pusat dengan dana ratusan milyar rupiah ini diduga kuat pada pelaksanaannya banyak tidak sesuai dengan kontrak.
Sumber media ini membeberkan, sebelum mengungkap masalah item pengerjaan sarana prasarana PLTU Sigam itu, yang mencurigakan adalah proyek APBN Pusat itu tidak dipasangi papan nama proyek sehingga masyarakat tidak mengetahui nilai anggaran untuk pembangunan proyek tersebut.
"Dulu Tahun 2010 pernah ada papan proyek dipasang oleh kontraktor yang pertama yaitu PT. Weltes, namun sejak Tahun 2012 dan proyek tersebut dilanjutkan oleh PT. Citicon, papan proyek sudah tidak dipasang lagi, juga proyek itu sudah dua kali dilakukan perpanjangan, yaitu pada akhir Tahun 2012 dan pertengahan Tahun 2013," sebutnya.
Dilanjutkannya, pembangunan Rumah Pompa (Pump House) dan tempat bahan bakar (Coal Handling Area) oleh kontraktor yang sekarang, PT . Citicon, diduga kuat tidak menggunakan pipa pemancangan (Underground Hopper 400 mm), dan itu tidak sesuai dengan kontrak kerja. Menurutnya, kalau tidak dipasang tiang pancang, kemungkinan besar bangunan rumah pompa itu akan ambrol, karena lokasi pembangunan PLTU itu persis berada di daerah berlumpur, yakni bekas lokasi tambak masyarakat.
Selain itu lagi, diduga bahan material seperti Batu Pondasi, Batu Split dan Pasir yang digunakan untuk pembangunan PLTU itu tidak sesuai dengan standar mutu uji laboratorium dari Tm Independen (Perguruan Tinggi).
"Batu Pondasi dan Batu Split seharusnya diambil dari Kabupaten Tanah Bumbu, tapi diganti dengan batu dari Desa Gedambaan. Sedangkan untuk Pasir, kontraktor seharusnya menggunakan pasir putih dari Gunung Endek daerah Gunung Aru, dan itu juga diganti dengan menggunakan pasir dari Desa Sungup," ungkapnya.
Site Manager PT Citicon, Ir. Hendro Supatno (Kontraktor Utama Proyek PLTU Sigam) ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya, Kamis (6/2/14) berkilah tidak bisa memberikan keterangan bila terkait pelaksanaan proyek. "Silakan tanya ke pengawas proyek (Jasa Managemen Konstruksi) dulu,bkantornya di seberang sana," katanya.
Kepala Tim Supervisi Konstruksi/Jasa Managemen Konstruksi, Nova Fajar saat ditemui tidak berada di tempat, namun melalui Pelaksana Harian (Plh), Ismail menjelaskan, pembangunan sarana prasarana kelengkapan PLTU sudah dilaksanakan, diantaranya yaitu ; pembangunan Rumah Turbin, Penampungan Bahan Bakar (Coalyalt), Rumah Pompa (Pump House) dan lainnya. Sayangnya waktu itu Ismail cuma menjelaskan detil item pembangunan secara umum saja, tidak secara spesifik terkait bahan materialnya.
Pada saat wawancara, ada 2 orang staf lain yang menimbrung dan berupaya untuk mengalihkan pertanyaan media terkait detil item material yang diduga menyimpang dari draf kontrak tersebut. Bahkan semacam intervensi dan menganjurkan agar media membuat berita yang umum saja, jangan mempertanyakan secara teknis dan lebih spesifik.
Anehnya, Ismail yang mengaku Plh TSK/JMK tidak berkutik dengan dua orang staf tersebut. "Senin saja mas datang lagi, mungkin pimpinan sudah ada di tempat," ucap salah seorang staf yang diakui Ismail lebih tinggi jabatannya dari dirinya.
Kepala Cabang PLN Kotabaru, H. Basuki Rahman melalui telepon seluler mengatakan, meskipun sama-sama milik Pemerintah, namun PLTU tersebut mempunyai managen tersendiri dan terpisah dari PLN.
Sementara Sekdakab Kotabaru, H. Suriansyah menyebutkan, antara Pemkab Kotabaru dengan PLTU cuma sebatas koordinasi terkait pajak atau komplain masyarakat, jadi tak ada kaitan atau kewenangan Pemkab Kotabaru.
Sungguh disayangkan, jika proyek bernilai ratusan milyar tersebut ambruk dan tak sempat beroperasi hanya karena bahan materialnya yang tidak sesuai standar. Bukan cuma pemerintah saja yang dirugikan, namun seluruh warga Kotabaru pun akan merasakan imbasnya sebab tak bisa merasakan manfa'at dari PLTU tersebut. (Wan/IZ)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.